Beberapa
redaksi kalimat isti'adzah
:
1.
أعُوْذُبِاللّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ yang diambil dari firman Allah :
ﮝ ﮞ الْقُرْآنَ
ﮠ
ﮡ
ﮢ
ﮣ
ﮤ
" Apabila kamu membaca Al Quran
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk". (An-Nahl
:98 )
Dan juga terdapat
dalam shahihain dari hadits Sulaiman bin Shard , ia berkata : " Ada dua
orang yang saling mengejek dihadapan Nabi shallallahu'alaihi wasallam, salah
satunya kemudian marah dan wajahnya memerah, urat lehernya menegang , kemudian
Nabi melihatnya dan berkata : " aku punya satu kalimat jika ia membacanya
pasti marahnya akan hilang :
أعُوْذُبِاللّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
lalu
sahabat itu pergi menghampiri orang yang marah tersebut , lalu berkata
kepadanya : " apa anda tahu apa yang dikatakan Nabi barusan ? beliau
berkata : aku punya satu kalimat yang jika dia baca niscaya kemarahannya akan
hilang , yaitu :
2.
أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم إن الله هو السميع العليم
3.
أعوذ بالله السميع
العليم من الشيطان الرجيم
Redaksi
ketiga ini sebagaimana dalam hadtis Abu Said Al-Khudri – radhiyallahu'anhu –
bahwa Nabi jika shalat maka beliau membaca doa istiftah kemudian membaca :
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه و نفخه و نفثه
" Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui dari syetan yang terkutuk, dari gangguannya, pengaruhnya, dan
bisikannya ". [2]
-
Isti'adzah bukan
bagian dari Al-Qur'an menurut Ijma' ulama.
Waktu membaca isti'adzah :
Jumhur ulama mengatakan bahwa
isti'adzah dibaca sebelum membaca Al-Qur'an atau sebelum memulai suatu amalan
atau pekerjaan agar syetan tidak mengganggu ketika sedang beramal.
Dawud
Az-zhahiri berpendapat bahwa isti'adzah dibaca setelah selesai membaca
Al-Qur'an atau setelah beramal agar syetan tidak membuat keraguan dalam hal
pelaksanaan amal ataupun diterimanya amal.
Sesuai dengan teks nash dalam Al-Qur'an, dan huruf fa' menunjukkan
suatu amalan sesudahnya.
Hukum membaca isti'adzah :
Jumhur
ulama berpendapat bahwa membaca isti'adzah adalah sunnah bukan wajib. Dalilnya
adalah bahwa Rasulullah ketika mengajarkan shalat kepada seorang arab badui,
beliau tidak mengajarkan isti'adzah kepadanya.
Adapun
'Atha dan zhahiriyah berpendapat bahwa membaca isti'adzah wajib, karena fi'il
amr (فاستعد
)
menunjukkan suatu yang diperintahkan itu wajib selama tidak ada indikasi lain
yang memalingkannya dari hukum asalnya. Dan karena Rasulullah selalu
mengamalkannya. [3]
Kandungan Makna Isti'adzah secara umum :
Allah subhanahu wata'ala
memerintahkan hamba-Nya untuk berlindung kepada-Nya agar terjaga dari gangguan
dan tipuan musuhnya yang paling besar dan dari was-was Iblis yang dijauhkan
dari rahmat Allah; karena dia akan selalu berusaha memalingkan hamba-hamba
Allah dari tadabbur Al-Qur'an, dengan menghembuskan pikiran-pikiran yang tidak
jelas dan keragu-raguan ketika hamba melakukan sebuah amalan. Barangsiapa yang
berlindung kepada Tuhannya maka ia akan melindunginya dari keburukan tipu
dayanya.
0 komentar:
Posting Komentar