photo BannerSpandukRamadhan2014M-1435_zpsff893af3.jpg

Mutiara Ulama (1)

Dipimpin oleh penguasa yang zalim selama tujuh puluh tahun itu lebih baik bagi umat dari pada tidak ada pemimpin walaupun satu hari

Musabaqah Tsaqafiyyah Online Internasional

Musabaqah ke 16 maktab Dakwah Rabwah Riyadh - KSA

Makna Dan Tujuan Manasik Haji

Bagaimana Menyempurnakan Haji ?

Sebab Do'a Tidak Terkabul

Angkat tangan kalian dengan iringan do'a sebelum terikat rantai...(Abu Darda)

Ramadhan Menuju Kemenangan Umat

Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya ( Hadits Qudsi )

Senin, 27 April 2015

IKHLAS itu...

IKHLAS Itu…

Sesuatu yang sulit namun harus kita lakukan dalam kehidupan dan penghidupan di dunia ini adalah IKHLAS..

Ikhlas itu…Ketika nasehat, kritik, dan bahkan fitnah, tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.

Ikhlas itu…ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.

Ikhlas itu…Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.

Ikhlas itu…Ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.

Ikhlas itu…Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.

Ikhlas itu…ketika kau lebih mempertanyakan Apa amalmu dibanding apa posisi mu, apa peranmu dibanding apa kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.

Ikhlas itu…Ketika ketersinggungan pribadi tak membuat mu keluar dari barisan dan merusak tanaman.

Ikhlas itu…Ketika posisimu di atas tak membuatmu jumawa, ketika posisimu di bawah tak membuatmu enggan bekerja.

Ikhlas itu…Ketika khilaf mendorongmu minta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika tertinggal mendorongmu mempercepat kecepatan.

Ikhlas itu…Ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kezalimannya terhadapmu, tidak kau balas dengan kezaliman terhadapnya.

Ikhlas itu…Ketika kau bisa menghadapi wajag marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar, dan ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta dan data…

Allah Subhanahu wata'ala berfirman :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ 
" Dan mereka tidak diperintah kecuali agar beribadah kepada Allah dengan ikhlas dalam ( menjalankan ) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurua ". ( QS. 98 : 5).

Sumber : Grup WA Alumni LIPIA 2013, Copas Dari Grup WA ملتقى الدعاة إلى الله ( kiriman Ust. Zaenal Abidin Syamsuddin , Lc, Repost WA Dakwah Jaliyat Unaiza_Indo


Minggu, 21 September 2014

Generasi Shalih Dahulu Mengisi 10 Hari Pertama Dzulhijah

Diantara keistimewaan agama Islam dari agama lainnya adalah memiliki bulan-bulan yang mulia. Diantara bulan-bulan tersebut adalah bulan Dzulhijah. Kesitimewaan bulan Dzulhijah terlihat dari banyaknya ibadah-ibadah di dalamnya yang tidak terdapat di bulan-bulan lainnya. Ketika seorang muslim bisa menjalankan rangkaian ibadah-ibadah tersebut maka ia telah memperoleh kemuliaan dari Allah subhanahu wata'ala.
Diantara ibadah-ibadah di bulan Dzulhiijah adalah ibadah haji, umrah, puasa, berkurban (udhiyah), memakmurkan ibadah pada 10 hari pertama yang disebut dengan Ayyaam Ma'luumaat ( hari-hari yang diketahui/ ditentukan) dalam firman Allah ta'ala:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ
"dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan". (Qs. Al-Haj : 28)
Pada kesempatan ini kita ingin tahu aktifitas ibadah apa yang dilakukan orang-orang shalih terdahulu di 10 hari pertama Dzulhijah, semoga kita bisa mengambil pelajaran dari mereka dan mengikuti serta mencontoh semangat mereka dalam memakmurkan 10 hari pertama dzulhijah.
Muhammad bin Nashr meriwayatkan dari Abu Utsman Al-Hindi, ia berkata : " orang-orang shalih dahulu mengagungkan sepuluh hari yang 3 (tiga), yaitu : sepuluh hari pertama bulan Muharram, sepuluh hari pertama Dzhulhijah, dan sepuluh hari terakhir Ramadhan".[1]

Kamis, 04 September 2014

Agar Anak Muslim Berprestasi

Setiap orang tua tentu senang jika anaknya memiliki prestasi yang tinggi di dunia. Ini adalah fithrah manusia sebagaimana yang Umar radhiallâhu ‘anhu pernah katakan kepada anaknya ‘Abdullâh bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, ketika
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallambertanya kepada para sahabatnya:

" Sesungguhnya di antara banyak pohon ada satu pohon yang daun-daunnya tidak rontok, pohon tersebut seperti seorang muslim. Kabarkanlah kepadaku pohon pakah itu?” (Ibnu ‘Umar pun mengatakan), “Orang-orang membayangkan pohon tersebut berada di daerah pelosok. Sedangkan saya membayangkan pohon tersebut adalah pohon kurma. Kemudian saya pun malu.  Berkatalah para sahabat, ‘Ya Rasulullah! kabarkanlah kepada kami, pohon apakah itu?’ Kemudian Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Dia adalah pohon kurma.’ Kemudian
saya kabarkan ayahku tentang apa yang tadi saya bayangkan di dalam diriku. Kemudian beliau berkata, ‘Jika tadi kami mengatakan hal tersebut, maka itu lebih aku sukai daripada memiliki ini dan itu..”[1]


Sabtu, 02 Agustus 2014

Anjuran Menikah Di Bulan Syawal

Sebagian ulama menganjurkan untuk menikah di bulan
Syawal.

Dasarnya adalah riwayat dari Aisyah radhiallahu ‘anha; beliau mengatakan,

ﺗﺰﻭﺟﻨﻲ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺷﻮﺍﻝ ﻭﺑﻨﻰﺑﻲ ﻓﻲ ﺷﻮﺍﻝ ﻓﺄﻱ ﻧﺴﺎﺀ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﻈﻰ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﻨﻰ ؟ ﻗﺎﻝ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺗﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥﺗﺪﺧﻞ ﻧﺴﺎﺀﻫﺎ ﻓﻲ ﺷﻮﺍﻝ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di
bulan Syawal, dan mengadakan malam pertama
denganku di bulan Syawal. Manakah istri beliau yang
lebih mendapatkan perhatian beliau selain aku?”

Salah seorang perawi mengatakan, “Aisyah menyukai jika suami melakukan malam pertama di bulan Syawal.” (H.R. Muslim, An-Nasa’i, dan yang lain)

Berdasarkan hadis ini, sebagian ulama menganjurkan
agar menikah atau melakukan malam pertama di bulan
Syawal.

Imam Nawawi ( Beliau adalah ulama madzab Syafi'i ) mengatakan, “Tujuan Aisyah
mengatakan demikian adalah sebagai bantahan terhadap keyakinan jahiliah dan khurafat yang beredar di kalangan masyarakat awam, bahwa dimakruhkan menikah atau melakukan malam pertama di bulan Syawal. Ini adalah keyakinan yang salah, yang tidak memiliki landasan.

Bahkan, keyakinan ini merupakan peninggalan masyarkat jahiliah yang meyakini adanya kesialan di bulan Syawal.” Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina
Konsultasi Syariah).

Kamis, 24 Juli 2014

Kemarahan Penguasa Lebih Ringan Dari Kemurkaan Allah Azza wa jalla

     Di nukil dari kitab "Al-Aqdul Farid" karangan Ibnu Abdirabihi jilid 4/25, berikut salinan teksnya:
      Pada suatu hari Jami' al-Mahaaribi masuk pada Hajaj bin Yusuf  - Jami' al-Mahaaribi adalah seorang syaikh yang sholeh, penceramah ulung, cerdas dan berbudi pekerti, beliau adalah orang yang pernah mengatakan kepada al-Hajaj tatkala membangun kota Wasith, "Engkau membangunnya bukan di negeri asalmu, dan akan diwarisi oleh selain keturunanmu".
       Beliau menemui al-Hajaj, maka al-Hajaj mengeluh kepadanya tentang jeleknya perangai penduduk Iraq di mana mereka juga enggan untuk mentaatinya serta mengeluhkan buruknya pemikiran yang mereka miliki kepada beliau.
     Syaikh Jami' berkata kepadanya: "Adapun mereka seandainya mereka mencintaimu tentu mereka akan mentaati dirimu, bersamaan dengan itu apa urusan mereka dengan dirimu, engkau tidak ada ikatan nasab dengan mereka, begitu juga ini bukan negerimu, tidak pula membuat engkau merasa tenang. Buang jauh-jauh dari pikiranmu yang membuat mereka malah bertambah jauh darimu lalu berpikirlah agar mereka bisa dekat denganmu, jadilah orang yang suka memaafkan kepada orang yang lebih rendah darimu maka orang yang di atasmu akan membalasnya, dan hendaklah ancaman itu selaras dengan (perkaranya), dan berilah mereka janji yang baik".
     Maka al-Hajaj menimpalinya: "Saya tidak ada pilihan lain supaya Bani al-Lukai'ah kembali mentaatiku melainkan dengan menggunakan pedangku ini".
     Di jawab oleh syaikh Jami': "Sesungguhnya jika pedang sudah bertemu dengan pedang, maka tidak ada lagi pilihan".
     Berkata al-Hajaj: "Pilihan pada waktu itu diserahkan kepada Allah Ta'ala".
Beliau menjawab: "Benar perkataanmu, namun kamu tidak tahu pada siapa Allah akan menjatuhkan pilihanya".
      Al-Hajaj menukas perkataan beliau: "Sungguh dirimu termasuk orang yang pandai berperang, bukankah begitu".
Beliau lantas menjawab dengan untaian bait syair:
Al-Harb itulah nama kami, dan kami orang yang pandai berperang
 Jika kami berperang tentu dengan sebab yang benar
    Al-Hajaj berkata: "Demi Allah, sungguh saya berkeinginan untuk mencabut lidahmu lalu saya pukul wajahmu".
Syaikh Jami' menjawab: "Jika kami berkata jujur kami membuat kamu marah, namun jika kami berpura-pura dan membuat kamu senang maka kami telah membuat Allah murka, dan kemarahan pemimpin itu lebih ringan dari pada kemurkaan Allah Azza wa jalla".

Al-Hajaj mengatakan: "Benar (apa yang kamu katakan)", kemudian beliau pun diam.

Senin, 21 Juli 2014

Masyarakat Tidak Mungkin Menjadi Baik Melainkan Dengan Keadilan Pemimpin Yang Bertakwa

   

     Di sebutkan dalam kitab "Bidayah wa Nihayah" oleh Ibnu Katsir dalam jilid 10/126 ketika beliau menjelaskan biografinya Khalifah al-Abas Abdullah bin Muhammad bin Ali Abu Ja'far al-Manshur rahimahullah, di mana beliau pernah mengatakan kepada anaknya al-Mahdi:

 "Sesungguhnya khalifah tidak layak di sandang kecuali oleh orang yang bertakwa, kepemimpinan tidak layak di pegang melainkan bagi orang yang taat kepada Allah, (ingatlah) masyarakat tidak akan menjadi baik melainkan jika di perlakukan dengan adil, (sedangkan) manusia yang terbaik adalah orang yang suka memberi maaf sedangkan dirinya mampu untuk memberi hukuman kepadanya, dan manusia yang paling sedikit akalnya adalah orang yang menzalimi orang lain yang di bawah kekuasaannya. Wahai anak ku senantiasa iringi sebuah nikmat dengan rasa syukur, sertai kekuatan dengan senang memberi maaf pada (orang lain), ketaatan dengan lemah lembut, dan ikuti kemenangan dengan rendah diri dan menyayangi orang lain, (dan) jangan lupakan (untuk mengambil) bagianmu di dunia serta bagianmu dari rahmatnya Allah Azza wa jalla".